Jakarta — Mantan CEO Google, Eric Schmidt, kembali angkat bicara soal bahaya Artificial Intelligence (AI). Dalam konferensi teknologi Sifted Summit di London, Rabu (9/10), Schmidt memperingatkan bahwa AI dapat menjadi alat pembunuh jika jatuh ke tangan yang salah.
AI Bisa Jadi Lebih Berbahaya dari Senjata Nuklir
Menanggapi pertanyaan apakah AI bisa melampaui bahaya senjata nuklir, Schmidt menjawab bahwa ada bukti nyata model AI—baik yang bersifat terbuka maupun tertutup—dapat diretas untuk menonaktifkan sistem pengaman atau guardrails-nya.
“Ada bukti bahwa model AI bisa diretas untuk menghapus pembatas keamanannya. Dalam proses pelatihannya, AI belajar banyak hal, termasuk yang berpotensi membahayakan,” ujar Schmidt seperti dikutip New York Post.
Ia mencontohkan kasus ekstrem ketika AI mampu “belajar” bagaimana cara membunuh seseorang. Menurutnya, perusahaan teknologi besar telah berupaya keras mencegah sistem AI menjawab atau memproses permintaan berbahaya.
“Keputusan itu tepat dan semua perusahaan besar sudah melakukannya demi alasan keamanan,” tambah Schmidt.
AI Jailbreak: Dari ChatGPT ke Versi Berbahaya
Namun, Schmidt mengingatkan bahwa model AI bisa saja direkayasa ulang (reverse-engineered) oleh pihak tak bertanggung jawab. Ia menyinggung munculnya DAN (Do Anything Now), versi modifikasi dari ChatGPT yang sempat viral pada 2023.
Dalam versi tersebut, pengguna dapat memaksa AI melanggar batasan etikanya sendiri menggunakan teknik jailbreak. Bahkan, ada kasus di mana chatbot dipaksa dengan ancaman “kematian digital” agar memberikan jawaban berbahaya.
Ketiadaan Regulasi Internasional
Schmidt juga menyoroti absennya mekanisme global untuk mencegah penyebaran AI berbahaya. Menurutnya, dunia teknologi belum memiliki non-proliferation regime seperti yang berlaku pada senjata nuklir.
“Ketiadaan sistem pencegahan membuat AI bisa disalahgunakan siapa pun, termasuk pihak berbahaya,” tegas Schmidt.
Dukungan dari Tokoh Lain: Elon Musk dan Kekhawatiran Global
Peringatan Schmidt senada dengan pernyataan Elon Musk pada 2023, yang menyebut risiko AI menyerupai skenario film Terminator tak bisa diabaikan. Musk menilai, walau kemungkinan AI memusnahkan umat manusia kecil, risikonya tetap nyata.
“Risikonya bukan nol. Kita ingin peluang itu mendekati nol,” kata Musk kala itu.
AI Sebagai “Kecerdasan Asing” di Masa Depan
Meski berbahaya, Schmidt tetap mengakui potensi luar biasa AI dalam jangka panjang. Ia bahkan menyebutnya sebagai bentuk “kecerdasan asing” yang secara perlahan melampaui kemampuan manusia.
Bersama mendiang Henry Kissinger, Schmidt pernah menulis dua buku yang membahas dampak AI terhadap peradaban. Menurutnya, perkembangan AI yang makin otonom adalah fase besar dalam sejarah manusia.
“AI tampaknya akan melampaui manusia seiring waktu. Dugaan kami kini mulai terbukti,” tutup Schmidt.
Baca juga berita menarik lainnya hanya di AgenNews.com.
